Rabu, 17 April 2013

Farmasi Rumah Sakit


FORMULARIUM

Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.

Komposisi Formularium :
- Halaman judul
- Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi
- Daftar Isi
- Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
- Produk obat yang diterima untuk digunakan
- Lampiran

Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.



PEDOMAN PENGGUNAAN FORMULARIUM

Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada dokter, apoteker, perawat serta petugas administrasi di rumah sakit dalam menerapkan system formularium.
Meliputi :
a.      Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmudengan Panitia Farmasi dan Terapi  dalam menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung system formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi
b.      Staf medis harus dapat menyesuaikan system yang berlaku dengan kebutuhan tiap-tiap institusi
c.       Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem formularium yang dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi
d.      Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generic
e.      Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di instalasi farmasi
f.        Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek terapinya sama, seperti:
·         Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta
·         Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi
·         Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas dan sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasiyang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien

Selasa, 16 April 2013

All about Kimia Medisinal





KIMIA MEDISINAL


*   Menurut Burger (1970). Kimia Medisinal adalah ilmu pengetahuan yang merupakan cabang dari ilmu kimia dan biologi yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja obat.
*  Menurut IUPAC (1974) Kimia Medisinal adalah Ilmu pengetahuan yg mempelajari penemuan, pengembangan, identifikasi dan interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada tingkat molekul. KM melibatkan studi identifikasi, sintesis produk, metabolisme obat dan senyawa yg berhubungan.
*     Menurut Taylor dan Kennewell (1981) Kimia Medisinal adalah Studi kimiawi senyawa atau obat yg dpt memberikan efek menguntungkan dlm sistem kehidupan, melibatkan studi hub strukt kimia senyawa dgn aktivitas biologis dan model kerja senyawa pd sistem biologis, dlm usaha mendapatkan efek terapetik obat yg maksimal dan memperkecil efek samping yg tdk diinginkan.

*    Menurut Burger (1983). Kimia Medisinal adalah Ilmu pengetahuan yg merupakan cabang ilmu kimia yg bertujuan utk menemukan, merancang dan mengembangkan senyawa kimia terapetik untuk digunakan dalam klinik atau untuk obat hewan




ASPEK FISIKOKIMIA OBAT DAN AKTIVITAS OBAT

*   Sifat fisikokimia menggambarkan karakteristik obat (dalam lingkungan air maupun lipid) dan membantu menentukan kemampuan obat berpenetrasi menembus barrier dan mencapai reseptor di seluruh tubuh. 

*  Semua molekul obat berinteraksi dengan struktur biologis (ex. biomembran, nukleus sel), biomolekul (ex. lipoprotein, enzim, asam nukleat) dan molekul kecil lain.

*   Semua reaksi biologis terjadi dalam media air atau pada antar muka air-lipid à pemahaman tentang sifat air penting untuk memahami interaksi molekul obat dengan air.
 

kimia medisinal HSA

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS

          Aktivitas biologis suatu obat diperoleh setelah terjadi interaksi senyawa dengan molekul spesifik dalam obyek biologis. interaksi tersebut ditunjang dengan spesifitas sifat kimia fisika senyawa yang tinggi. aktivitas obat berhubungan dengan sifat kimia fisika obat, dan merupakan fungsi dari struktur molekul obat. Hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis yang tidak baik dapat disebabkan oleh kurang baiknya metode penelitian yang digunakan. pengetahuan tentang hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis merupakan dasar penting dari penggunaan rancangan obat.

Faktor faktor yang kurang mendukung Hubungan Struktur Aktivitas
1. perbedaan keadaan pengukuran parameter kimia fisika dan aktivitas biologis. contoh : konformasi molekul obat mungkin tergantung pada pH dan komposisi ion dari medium dimana obat tersebut di teliti.
2. senyawa yang digunakan ternyata bentuk pra-obat yang terlebih dahulu harus mengalami bioaktivasi menjadi metabolit aktif.
3. aktivitas obat dipengaruhi oleh banyak keadaan in vivo seperti distribusi obat yang melibatkan proses transpor, pengikatan oleh protein, proses metabolisme yaitu bioaktivasi dan biodegradasi, serta proses ekskresi
4. senyawa mempunyai pusat atom asimetris, sehingga kemungkinan merupakan campuran rasematr dan masing masnig mempunyai derajat aktivitas yang berbeda
5. senyawa mempunyai aktivitas biologis yang mirip dengan senyawa lain tetapi berbeda mekanisme aksinya
6. pengaruh bentuk sediaan terhadap aktivitas
7. obat bersifat multipoten
8. perbedaan spesies terutama obat yang memberikan perbedaan aktivitas yang besar oleh adanya perbedaan spesies

Faktor yang mendukung Hubungan Struktur Aktivitas
1. Hubungan struktur aktivitas empiris yang sifatnya insidental
         untruk tipe obat tertentu hukum empiris yang diperlukan untuk terjdinya aktivitas biologis dapat digunakan untuk membuat turunan obat berdasarkan data percoaan yang tersedia. contoh : turunan morfin mempunyai karakteristik struktur yang diperlukan untuk aktivitas analgesik sbb:
a. pusat atom C yang tersubstitusi dan tidak mengandung atom H atau atom C kuartener
b. gugus fenil atau gugus artomatik lain yang berhubungan yang mengikat atom C kuartener
c. gugus amino tersier yang mengikat gugus alkil kecil seperti metil
d. rantai dari dua atom C yang terletak antara pusat atom C kuartener dengan gugus amino tersier
Berdasarkan karakteristik struktur di atas disintesis senyawa narkotik analgesik lain seperti turunan meperidin (petidin) dan metadon

2. struktur obat simetrik
         beberapa tipe obat tertentu seperti senyawa pengalkilasi antikanker, obat kurariform dan obat pemblok ganglionik.
ada yang mengandung dua gugus fungsi simetrik yang berhubungan dan mungkin diperlukan untuk aktivitas atau mempunyai keuntungan tertentu
contoh struktur obat simetrik : salisil salisilat (dua molekul asam salisilat). dan metazid (dua molekul isoniazid digabungkan melalui jembatan metilen)

Kimia Medisinal HKSA

HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR-AKTIVITAS

       

*    Menurut Crum, Brown, dan Fraser (1869). HKSA adalah aktivitas biologis alkaloida alam, seperti striknin, brusin, tebain, kodein, morfin dan nikotin akan menurun atau hilang bila direaksikan dengan matil iodida è efek biologis suatu senyawa (ɸ) merupakan fungsi dari struktur kimianya (C).

     Menurut Overton (1897) dan Mayer (1899). HKSA adalah efek narkosis senyawa-senyawa yang mempunyai struktur kimia bervariasi berhubungan dengan nilai koefisien partisi lemak/air.
*        
         Menurut Ferguson (1939). HKSA adalah aktivitas bakterisid turunan fenol mempunyai hubungan linier dengan kelarutan dalam air.

*          
     Menurut Corwin Hansch dkk (1963). HKSA adalah menghubungkan struktur kimia dan aktivitas biologis obat melalui sifat-sifat kimia fisika è kelarutan dalam lemak (lipofilik), derajat ionisasi (elektronik), dan ukuran molekul (sterik).


           Konsep bahwa aktivitas biologis suatu senyawa berhubungan dengan struktur kimia, pertama kali di kemukakan oleh Crum, Brown dan Fraser (1869). Mereka menunjukkan bahwa aktivitas biologis beberapa alkaloida alam seperti striknin, brusin, tebain, kodein, morfin dan nikotin yang mengandung gugus ammonium tersier akan menurun atau hilang bila di reaksikan dengan metyl iodide, melalui reaksi metilasi membentuk ammonium kuartener. Mereka juga memberikan postulat bahwa efek biologis suatu senyawa merupakan fungsi dari struktur kimianya.
Ada beberapa model pendekatan hubungan kuantitatif struktur-aktivitas antara lain adalah pendekatan HKSA Free-Wilson, pendekatan HKSA Hansch, pendekatan mekanika kuantum dan pendekatan konektivitas molekul.

A.        MODEL PENDEKATAN HKSA FREE-WILSON
        Free dan Wilson (1964), mengembangkan suatu konsep hubungan struktur dan akrtivitas biologis obat, yang di namakan model de novo atau model matematik  free-wilson. Mereka mengemukakan bahwa respons biologis merupakan sumbangan aktivitas dari gugus-gugus substituent terhadap aktivitas biologis senyawa induk yang di nyatakan melalui persamaan berikut:
Log 1/C = Σ S + μ                                                                                                                                               [1]
Log 1/C                   : logaritma aktivitas biologis
Σ S                          : total sumbangan substituent terhadap aktivitas biologis senyawa induk
μ                             : aktivitas biologis senyawa induk
Pada substitusi bermacam-macam gugus pada daerah atau zona yang berbeda dalam struktur senyawa induk, maka:
Log 1/C = Σ An . Bn + μ                                                                                                                                     [2]
Σ An . Bn                : total sumbangan aktivitas dari n substituen dalam n zona terhadap aktivitas senyawa induk
Jumlah senyawa yang di sintesis merupakan hasil kali jumlah substituen pada tiap-tiap zona dari senyawa induk.

B.        MODEL PENDEKATAN HKSA HANSCH
        Hansch (1963), mengemukakan suatu konsep bahwa hubungan struktur kimia dengan aktivitas biologis (Log 1/C) suatu turunan senyawa dapat di nyatakan secara kuantitatif melalui paramneter-parameter sifat kimia fisika dari substituent yaitu parameter hidrofobik (π), elektronik (σ) dan sterik (Es). Model pendekatan ini di sebut pula model hubungan energy bebas linier ( linier free energy relationship = LFER) atau pendekatan ekstratermodinamik. Pendekatan ini menggunakan dasar persamaan Hammett yang di dapat dari kecepatan hidrolisis turunan asam benzoate, sebagai berikut:
Log 1/C = a Σ π + b Σ σ + c Σ Es + d
C                                         : kadar untuk respons biologis baku
Σ π, Σ σ dan  Σ Es              : sumbangan sifat-sifat lipofilik, elektronik dan sterik dari gugus-gugus terhadap
                                              sifat-sifat senyawa induk yang berhubungan dengan aktivitas biologis
a, b, c, dan d                       : bilangan (tetapan) yang di dapat dari perhitungan analisis regresi linier
Dalam HKSA model Hansch lebih berkembang dan lebih banyak di gunakan di banding model de novo Free-Wilson, karena lebih sederhana serta konsepnya secara langsung berhubungan prinsip-prinsip kimia fisika organic yang sudah ada, dapat untuk hubungan linier dan non-linier, data parameter sifat kimia fisika substituent sudah banyak tersedia dalam table-tabel, model Hansch telah banyak di gunakan untuk menjelaskan hubungan struktur aktifitas turunan obat.



Model de novo ini kurang berkembang, Karena :
1.        Tidak dapat digunakan bila efek substituen tidak bersifat linier.
2.        Bila ada interaksi antar substituen.
3.  Memerlukan banyak senyawa dengan kombinasi substituen bervariasi untuk menarik kesimpulan yang benar.
Keuntungannya :
1.   Dengan menguji HKSA turunan senyawa dengan bermacam-macam gugus substitusi pada berbagai zona.
2.      Digunakan bila tidak ada data tetapan kimia fisikadari senyawa dan uji aktivitas lebih lambat dibanding sengan sintesis turunan senyawa.

Dalam HKSA, model Hansch lebih berkembang dan lebih banyak digunakan dibanding model de novo Free-Wilson, oleh karena :
1.         Lebih sederhana.
2.        Konsepnya secara langsung berhubungan prinsip-prinsip kimia fisika organik yang sudah ada.
3.         Dapat untuk hubungan linier dan non-linier.
4.         Data parameter sifat kimia fisika substituen sudah banyak tersedia dalam tabel-tabel.
5.      Model Hansch telah banyak digunakan untuk menjelaskan hubungan struktur aktivitas turunan obat. 


HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS OBAT ANTIHISTAMIN

Histamin
Histamine adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil yang berperan terhadap berbagai proses fisiologis. Histamine adalah mediator kimia yang di keluarkan pada fenomena alergi, penderita yang sensitive terhadap histamine atau mudah terkena alergi di sebabkan jumlah enzim-enzim yang dapat merusak histamine di tubuh seperti histamine dan diamino oksidase lebih rendah dari normal. Histamine tidak di gunakan untuk pengobatan, garam fosfatnya di gunakan untuk mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung, untuk diagnosis karsinoma lambung dan untuk control positif pada uji alergi kulit
Mekanisme kerja
          Histamine dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2 dan H3. Interaksi histamine dengan reseptor H1 menyebabkankontraksi otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskulardan meningkatkan sekresi mucus yang di hubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria, efek ini di blok oleh antagonis-H1.
        Interaksi histamine dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis-H2.
Reseptor H3 adalah reseptor histamine yang baru di ketemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dan kawan kawan terletak pada ujung saraf jaringan otak dan jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamine, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok oleh antagonis-H3.
Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen –antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamine, antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan reseptor khas.
Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi tiga kelompok yaitu antagonis-H1, antagonis-H2, dan antagonis-H3
Antagonis-H1 terutama di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
Antagoni-H2 di gunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung.
Antagonis-H3 sampai sekarang belum di gunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan system kardiovaskular, pengobatan alergi dan kelainan mental.


TEORI OBAT-RESEPTOR

Reseptor adalah komponen sel yang bergabung dengan obat secara kimia agar dapat menimbulkan efek, istilah reseptor menggambarkan tempat dimana obat berinteraksi untuk menimbulkan efek.
Wujud dan criteria jatidiri reseptor
1.       Lipoprotein atau glikoprotein adalah jenis reseptor yang paling umum keduanya biasanya terpadu kuat dalam membrane plasma atau membran organel sel sebagai protein intrinsic. Akibatnya mereka sulit di isolasi karena strukturnya (dank arena itu fungsinya) terkungkung oleh membrane sekitarnya. Isolasi molekul reseptoe dapat merusak bentuk atau melumpuhkan struktur, bahkan hingga hilang sifat khasnya untuk mengikat. Hal demikian terjadi sewaktu pertama kali di coba mengisolasi reseptor opiate, dalam hal ini keadaannya lebih menguntungkan seperti misalnya di buktikan dengan berhasilnya pengisolasian reseptor kolinergik.
2.       Lipid sendiri kadang-kadang dapat di anggap sebagai reseptor. Efek tak khas anastetika local terhadap ionofor kolinergik dapat di kaitkan dengan antaraksi obat amfifilik ini dengan ‘annnulus’ (cincin) lipid dari protein ionofor. Walaupun lapisan lipid ini hanya beberapa molekul tebalnya, dia membungkus protein dengan sempurna dan sangat berpengaruh pada bentuk protein it. Baru baru ini di kemukakan adanya subunit ikatan anestetika local pada senyawa kompleks reseptor kolinergik.
3.       Protein murni sering berfungsi sebagai reseptor obat seperti halnya enzim. Banyak obat menimbulkan efeknya dengan  secara khusus mempengaruhi enzim yang penting dalam reraksi biokimia, dan dengan demikian mengubah fungsinya. Reseptor meneruskan pesan pemberita pertama yaitu neurotransmitter, hormone, atau obat melalui membrane sel, reseptor itu di gabungkan kepada system efektor atau molekul.
4.       Asam nukleat terdiri dari atas kelompok reseptr obat yang penting dalam arti yang luas, sejumlah antibiotic dan zat anti tumor langsung mengganggu replikasi atau transkripsi AND atau menghambat translasi pesan genetika pada ribosom, sisi akseptor hormone steroid juga AND dan menunjukkan kekhasan yang sangat tinggi yang tidak kita pahami sama sekali.